Beragam ide brilian, technopreneurs ITHB selangkah lebih dekat menuju sukses di era digital.
Selamat datang di dunia technopreneurship!!
Ini adalah DNA baru entrepreneurship di mana intelegensi, kecepatan, kreativitas, melek teknologi, antusiasme dan memiliki kemampuan mengkalkulasi resiko, menjadi ciri utama.
Bukankah seseorang akan dianggap aneh jika tidak memiliki Facebook atau Whatsapp di handphone? Tidakkah kita sudah demikian akrab dengan Traveloka, Shopee, Tokopedia dan toko-toko online lainnya?
Kenapa harus repot menyusuri jalan di tengah malam yang diguyur hujan lebat untuk mencari makan, sementara Grab Food atau Go Food is just one click away?
Realita inilah yang dilihat dengan tajam oleh Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB) sejak tahun 2011. Pada akhir 2021, ITHB kembali menggelar sebuah kompetisi tahunan technopreneurship untuk mencari dan membangun entrepreneur kompeten dan cerdas yang memiliki daya saing tinggi di dunia profesional secara global. Ide bisnis brilian harus lahir menjadi konsep dasar, sebelum dikembangkan menjadi bisnis berbasis teknologi yang bisa berkelanjutan dan kompetitif.
Ada sembilan kelompok yang memperoleh kesempatan mempresentasikan konsep bisnisnya di depan para panelis, yang notabene telah malang melintang di dunia usaha dan akademis seperti:
Dr. Bersih Tarigant - pengusaha properti dengan pengalaman puluhan tahun
Dr. Ir. Samuel Tarigan, MBA. - profesional di Booz Allen Hamilton (konsultan strategi dan manajemen top dunia), Ernst & Young, IBM, Citibank, Accenture, serta pengusaha di bidang high rise apartment, commercial real estate, manufaktur, serta perkebunan kelapa sawit
Dr. Bobby Saputra, CA, CFP, QFE, AEPP, CSRA - profesional dalam bidang perencanaan keuangan dan penasehat tata kelola korporasi pada beberapa perusahaan multinasional
Jusak Kosasih, Ph.D. - Direktur Career Resource Center ITHB
Anggoro Prasetyo Utomo, S.T., M.T. - SAP Business Associate, Certified CILT Member, serta konsultan dan system developer di beberapa perusahaan multinasional.
Melihat buah pikiran dari anak-anak muda ini, semua ide yang ditampilkan menyimpan potensi besar untuk dikembangkan. Memang pengalaman kemudian berbicara bahwa gagasan-gagasan tersebut masih perlu untuk disempurnakan di sana sini. Tapi itu bukan masalah besar karena di umur mereka yang masih belia, bisa berpikir dan menghasilkan konsep start-up seperti yang ditampilkan sudah merupakan langkah awal yang besar.
Dari sembilan kelompok, ada tiga jenis aplikasi yang berhasil memikat para panelis.
Gabriella Christina, Thomas Ken Ronaldi, Marffel Romero, Brenda Christina dan Tania Maria menamakan kelompok mereka Grup 32, datang dengan ide bernama Compair. Ini adalah aplikasi bisnis perbaikan komputer online, dimana pelanggan dapat memilih teknisi mana yang mereka suka, lengkap dengan daftar suku cadang yang diperlukan.
Lalu ada Ezra Ravin Mateus yang datang dengan gagasan brilian berlabel Heal ID. Ini adalah aplikasi digital kesehatan –one stop service-, yang akan simplify, redefine dan democratize semua jenis layanan kesehatan. Lewat aplikasi ini, pasien atau keluarga pasien akan terhindar dari masalah-masalah seperti antrian yang panjang, lamanya proses administrasi di rumah sakit, serta ribetnya birokrasi ketika harus mengurus klaim asuransi.
Kemudian ada aplikasi bernama Creative Design, hasil pemikiran dari Andre Darsono, Vincentsius Herlambang, Frederick Nataniel, Maria Melinda dan Gwendeline Eunikhe. Konsep bisnis yang diusung adalah mengintegrasikan semua tahapan pembangunan properti seperti rumah, café, ruko, studio serta jenis konstruksi lain mulai dari konsultasi awal, perancangan, pembangunan hingga menyentuh estimasi biaya. Tentu saja di dalam aplikasi Creative Design, konsumen dapat dengan mudah melakukan konsultasi dengan tenaga-tenaga ahli di bidang terkait, semuanya dilakukan secara daring.
Masih ada aplikasi menarik lain seperti HaloPet yang memudahkan semua jenis urusan tentang hewan peliharaan, AnOr Waste yang menyediakan layanan terpadu sampah dan limbah, My Pet Protect yang menyediakan jasa penampungan sampai adopsi hewan, Imaji dengan fokus utama ke layanan online jual beli furnitur, ataupun Eira dengan konsep bisnis kesehatan khususnya mengatur pola diet sehat konsumen.
Berkaca pada ragam ide brilian yang ditelurkan oleh para mahasiswa, ITHB sukses mempersiapkan mereka untuk menjadi technopreneur masa depan.
Wejangan dari Ketua Dewan Pembina Yayasan Petra Harapan Bangsa, Dr. Bersih Tarigant adalah harta tak ternilai. Ini adalah konklusi konkrit bagi anak-anak muda mahasiswa ITHB.
Begini beliau berpesan:
“Kesulitan dan masalah adalah kesempatan. Seseorang yang bisa menjawab kebutuhan society pasti berhasil. Pandemi Covid 19 mendorong terjadinya transformasi dunia digital dan ilmu sistem informasi. Jadi, temukan masalah apa yang ada kemudian cari teknologi tepat guna sebagai jawabannya. Tekun dan fokus, jangan lupa kedua hal itu. Bisnis online memangkas jarak dan waktu, merubuhkan tembok dimensi dan akan terus berkembang merambah dunia. Responi dengan positif, ambil peluang yang ada dan selamat berjuang.”
“Kalau boleh tim ini di-follow-up, saya bersedia menjadi investornya.”
Peluang itu sudah terbuka, Anda siap?
Manfaat Menunda Sarapan: Energi Lebih Tahan Lama dan Metabolisme Lebih Sehat
Banyak pakar kesehatan sepakat bahwa sarapan adalah waktu makan penting yang memberikan energi serta mendukung berbagai fungsi tubuh.
Namun, menurut Dr. Steven Gundry, seorang kreator digital dari India, memundurkan sarapan hingga sekitar pukul 10.00 atau 11.00 bisa menawarkan manfaat lebih besar bagi kesehatan, termasuk meningkatkan fleksibilitas metabolisme dan bahkan memperpanjang umur. Hal ini dilaporkan oleh The Indian Express pada Sabtu (2/11/2024).
Mendukung pernyataan tersebut, Pratiksha Kadam, ahli diet di Rumah Sakit Kokilaben Dhirubhai Ambani, menjelaskan, menunda waktu sarapan sebagai bagian dari puasa intermiten dapat meningkatkan pembakaran lemak dan sensitivitas insulin.
Dengan memperpanjang puasa semalam, tubuh lebih mengandalkan energi yang tersimpan, yang membantu pengelolaan berat badan dan kadar gula darah.